Jakarta - Late Post. Pada tanggal 17–19 September 2025 saya berkesempatan mengikuti Akademi Keluarga Indonesia 2025 di Jakarta Timur sebagai salah satu perwakilan dari SMAN 2 Kupang bersama dengan dua orang teman saya Raymundus Bukan dan Jasmine Zubaidah.
Mengikuti Akademi Keluarga Indonesia 2025 selama tiga hari ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya. Ada dua sesi yang paling berkesan bagi saya.
Yang pertama pada materi yang dibawakan oleh Dr. dr. Taufiq Pasiak, M.Kes, M.Pd.I dengan tema Kesehatan Mental Remaja dalam Penyiapan Kehidupan Berkeluarga. Dalam materi ini, dr. Taufiq menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan tantangan seperti tekanan akademik, pengaruh media sosial, bullying, bahkan suasana keluarga yang kurang harmonis, bisa membuat remaja mudah merasa tertekan.
- Tekanan akademik, seperti tuntutan nilai yang tinggi di sekolah.
- Pengaruh media sosial, yang sering membuat remaja membandingkan diri dengan orang lain.
- Bullying, baik secara langsung maupun melalui dunia maya
- Suasana rumah yang tidak mendukung, misalnya konflik keluarga atau kurang komunikasi.
Namun, dr. Taufiq juga menekankan bahwa setiap tantangan pasti ada solusinya. Sebagai remaja, kami di ajak untuk belajar mengendalikan emosi, mengenali diri sendiri, memilih teman yang sehat, dan merencanakan masa depan yang lebih matang.
- Mengendalikan emosi : belajar sabar dan tidak terbawa amarah.
- Mengenali diri sendiri: memahami kelebihan dan kekurangan diri agar lebih percaya diri.
- Memilih lingkungan pertemanan yang sehat:karena teman berpengaruh besar terhadap kebiasaan dan perilaku kita.
- Merencanakan masa depan: agar hidup memiliki tujuan jelas dan tidak mudah goyah.
Bagi saya, materi ini sangat membuka wawasan dan menyadari bahwa kesehatan mental ini sangat penting, terutama ketika suatu hari nanti kami akan membangun keluarga sendiri. Jika mental kita tidak siap, maka akan sulit menciptakan suasana rumah yang sehat dan harmonis. Dengan demikian sebagai remaja, kami perlu melatih diri sejak dini untuk kuat menghadapi tekanan, agar kelak bisa menjadi pribadi yang matang dalam keluarga maupun masyarakat. Mengikuti sesi materi ini, membuat saya lebih termotivasi untuk menjaga kesehatan mental, bukan hanya demi diri saya sendiri, tetapi juga demi masa depan keluarga yang ingin saya bangun.
Yang kedua pada saat "Acara Tukar Kado"
Setelah menjalani rangkaian materi, diskusi, hingga latihan baris-berbaris bersama TNI AU, akhirnya kami diberi kesempatan untuk bersantai. Panitia mengadakan sesi acara bebas dan bersama-sama kami menyepakati untuk mengisinya dengan acara tukar kado. Acara tukar kado ini sudah kami sepakati sebelum kami berangkat ke Jakarta lewat grup yang kami buat di whatsapp.
Suasananya benar-benar penuh tawa dan keakraban. Semua peserta sudah menyiapkan hadiah sederhana, lalu kami duduk melingkar sambil menunggu giliran. Ada rasa penasaran sekaligus harapan: “Kira-kira saya akan dapat kado apa, ya?”
Saat proses tukar kado berlangsung, setiap peserta mendapatkan hadiah secara acak. Teman saya, Ray Alvaro, mendapat gantungan kunci dan celana pendek, Jasmine mendapatkan sebuah celengan dan saya mendapatkan gantungan kunci dan gelang dari teman-teman delegasi Lombok. Walaupun sederhana, hadiah itu terasa istimewa karena menjadi simbol kebersamaan kami selama tiga hari mengikuti kegiatan. Yang terpenting bukanlah nilai hadiah, melainkan kebersamaan dan kehangatan yang tercipta di antara kami semua peserta dari berbagai provinsi di Indonesia. Acara tukar kado menutup perjalanan kami di Akademi Keluarga Indonesia 2025 dengan kenangan manis. Kami juga menutupnya dengan melakukan foto bersama-sama sebagai kenangan indah yang tidak akan dilupakan.
Saya pulang dengan membawa hadiah, membawa pengetahuan dari materi-materi yang telah disampaikan oleh narasumber-narasumber hebat , dan membawa pengalaman berharga tentang kekeluargaan yang akan selalu saya ingat. (Janice)
0 komentar:
Posting Komentar