Foto : Depan SMAN 2 Kupang |
Asing
Itu adalah kata pertama yang kurasakan saat
menginjakkan kaki disini.Teman baru, kelas baru, pelajaran baru, guru baru dan
banyak hal asing yang baru kutemui. Aku selalu mendengus kesal karena jadwal
untuk angkatan ku adalah waktu siang yang panas dan melelahkan. Apalagi
ditempat baru ini aku agak kesulitan dalam membangun relasi pertemanan selain
dengan teman satu SMP-ku dulu.
Aku juga terpilih sebagai wakil ketua kelas yang selalu dicandai dengan nama babu kelas oleh teman-teman kelasku.Yah kuakui,akulah yang harus meminjam dan mengembalikan buku di perpustakaan. Aku benci itu, apalagi saat meminjam buku Biologi yang begitu tebal dan berat. Aku yang harus memastikan kelasku sudah bersih atau belum sebelum pulang, memanggil guru jika mereka belum juga datang pada jam mereka.
Aku belum merasakan apa yang spesial waktu itu dari kisah kelasku. Sampai suatu ketika pandemi melanda, membuat kami harus belajar online selama satu tahun lebih. Awalnya aku merasa biasa saja, malahan lebih baik karena tak perlu membuat diriku capek dengan datang dan pulang sekolah tiap harinya. Namun benar kata orang 'hargailah kebersamaan sebelum waktu mengajarkanmu arti sebuah kehilangan'. Karena lama-kelamaan seperti ada ruang kosong dalam diriku.
Aku jadi merindukan waktu dimana aku berjalan dengan riang bersama ketua kelasku menuju perpustakaan, berdebat di kelas karena ada yang mengganti kursiku. Aku rindu merasakan perasaan kesal karena pulpenku yang hilang secara tiba-tiba, atau ingin merasakan tip-x satu orang yang digunakan sekelas lagi. Aku ingin mengulang kembali masa-masa dimana kami berlari dilapangan saat jam olahraga. Bernyanyi ria saat jam kosong, membuka salon dadakan, dan acara gosip yang mendebarkan.
Sampai kami diperbolehkan untuk bersekolah namun secara shift. Aku mendapatkan shift hari senin dan selasa. Aku merasakan senang akan hal itu. Namun tetap merasa tak lengkap. Untuk mengobati rindu itu, aku juga kerap datang belajar ke sesi B hari rabu dan kamis. Dan akhirnya kami diperbolehkan untuk tak memakai shift lagi. Perasaan euphoria langsung menyerang kami semua. Kami mengulangi banyak hal, dan melakukan banyak hal baru.
Foto : Agustina Maia |
Ah entah kenapa perasaan ini makin hari makin
kuat dan kami disadarkan dengan perpisahan didepan mata. Perasaan tak rela itu
muncul, sedih dengan kebersamaan yang begitu singkat namun begitu bermakna. Aku
merasa bersyukur ketika kami saling mendukung dengan baik. Saat pengumuman
siswa Eligible, yang tak lolos tahap itu dikuatkan jika mereka masih banyak cara
untuk mencapai tujuannya. Dan yang tak lulus SNMPTN , kami saling merangkul dan
menguatkan karena tak lulus bukan berarti tak pantas namun hanya salah jalan.
Dan di saat detik-detik terakhir kami memperbanyak foto bersama, ah mengingat-nya saja membuat diriku kembali rindu. Aku jadi setuju dengan Dylan jika rindu itu memang berat. Tapi itulah hidup, seperti filosofi yin dan yang. Sesuatu tak bisa berdiri tanpa sesuatu yang berkebalikan dengan sesuatu itu sendiri. Tak akan ada sinonim jika tak ada antonim. Tak akan ada pertemuan jika tak ada perpisahan. Kami percaya bahwa persahabatan yang berpisah karena mengejar cita-cita itu adalah persahabatan yang keren.
Aku tersenyum kecil menatap pos satpam yang menjadi saksi perjuanganku dan teman-temanku yang berlari karena sudah datang terlambat. Aku terus melangkah memasuki gedung sekolah yang setiap sudutnya sudah pernah kuuikir cerita.Aku menggelengkan kepala melihat coretan nama murid di tembok sekolah, mungkin mereka hanya melekatkan identitas agar ada cerita di masa tua untuk tertawa.
Ah lapangan ini, semua kenangan langsung berputar dikepalaku.Tentang aku dan teman-temanku yang menggerutu karena sinar matahari yang menerpa kami saat apel pagi.Kakiku terus melangkah membawaku ke kelas yang menjadi tempat bersejarah bagiku. Aku memandangnya dengan tatapan sendu, lalu tertawa kecil saat mengingat masa dimana foto para pahlawan dan presiden serta wakilnya menjadi menarik saat mulai jenuh dengan pelajaran. Atau mungkin kami akan izin ke toilet namun nyatanya itu bualan agar bisa ke kantin atau sekedar mengelilingi sekolah.
Foto : Agustina Maia |
Perasaan ingin kembali itu muncul
lagi, rasa dimana ingin mendengar ocehan sang bendahara yang menagih uang khas,
duduk dan menikmati masakan ibu kantin yang begitu nikmat, ataukah melihat
pasangan baru yang menjadi bahan gosip baru, atau perasaan berdebar saat
dikejar oleh guru piket karena ketahuan ke kantin saat jam pelajaran
berlangsung, perasaan resah karena tak mengerjakan PR. Atau perasaan takut untuk
menyentuh mobil kepala sekolah yang selalu terparkir pada tempatnya, namun
selalu menjadi spot favorit untuk berkaca.
Perpisahan itu memang menyakitkan namun ini bukan akhir dari cerita. Aku akan bertemu kalian lagi,namun bukan sebagai teman sekolah dengan seragam putih abu-abu yang bersiap memulai pelajaran, namun sebagai seseorang yang telah mencapai tujuan hidupnya. Jangan patah semangat oleh hal-hal yang akan menimpamu ke depannya, selalu gunakanlah filosofi paku yang selalu dipukul agar menjadi kuat. Sekali lagi,perpisahan ini bukan akhir dari cerita kita. Namun pertinya aku harus mengakhiri ceritaku kali ini, walaupun masih banyak cerita yang belum tertuliskan, dan rasa yang belum terungkapkan karena jiwa ini masih enggan untuk melepaskan. Sekian dariku, dan jangan melupakan jika tak ingin dilupakan.
See you on top!
Foto : Agustina Maia |
Good literasi, tetap semangat, belajarlah terus dari kehidupan nyatamu diluar sana, pergilah untuk mengapai suksesmu, jangan lupa bawa pulang suksesmu di hidupmu, Amin
BalasHapusKeren 👍 Hidup adalah Improvisasi. Kejarlah Impianmu dan Petiklah Hasil Dari Kerja Kerasmu. Salam Sukses untuk semua 🙏
BalasHapus