Cari Blog Ini

Minggu, 24 Oktober 2021

“Restitusi” Salah satu cara menanamkan disiplin positif pada siswa sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.

Apa yang dipahami tentang RESTITUSI 

Oleh : Meyke Paulus    

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Kebiasaan kita selama ini, bila ada orang yang berlaku salah pada kita adalah langsung memaafkan, atau membuat mereka tidak nyaman. Kita cenderung  untuk berfokus  pada kesalahan daripada mencari  cara bagi mereka untuk memperbaiki diri. Kita lebih fokus pada bagaimana cara mereka membayar ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kesalahan mereka daripada mengembalikan harga diri mereka. Membuat kondisi menjadi impas, menjadi lebih penting daripada membuat situasi menjadi benar.

Ilustrasi Gambar : Salah satu contoh yang terjadi saat pembelajaran Bahasa Jerman. Jam masuk sekolah selama proses tatap muka terbatas adalah pukul 08.00 WITA. Salah seorang siswa, baru masuk di Kelas pada pukul 08.15 dan Guru Bahasa Jerman tetap mempersilahkannya masuk. Para siswa lain tetap fokus mendengar penjelasan dari guru tersebut tanpa menghiraukan temannya itu. Tak lama kemudian siswa tersebut melanjutkan aksinya dengan meletakan kepala diatas meja dan tidur. Sang Guru hanya melihat tindakan siswa tersebut tanpa berkomentar, karena siswa yang lain sedang serius mendengar penjelasan dari sang guru tersebut. Bel berbunyi tanda usai jam pelajaran 1. Sang Guru lalu memanggil siswa tersebut, perihal tindakan yang telah dilakukan, yakni terlambat masuk kelas dan tidur di kelas.

Ilustrasi Gambar : Komunikasi dilakukan dengan meminta penjelasan siswa tentang kejadian tadi dan siswa tersebut menuturkan hal hal yang dilakukan dan berdampak pada tindakan yang dilakukan hari ini. Dengan Respon positif guru dan meminta siswa merefleksi perbuatannnya, siswa menyadari semua tindakannya itu. Bahkan siswa sebaliknya bertanya mengapa ibu tidak menghukumnya atas kejadian tersebut, Guru memposisikan fungsi kontrol  dirinya sebagai Manajer, di mana guru berbuasesuatbersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

Ada peluang luar biasa bagi siswa untuk bertumbuh ketika mereka melakukan kesalahan, bukankah pada hakikatnya begitulah cara kita belajar.  Siswa perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat memilih untuk belajar dari pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, Siswa akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka. (Mey.doc)

6 komentar:

  1. Setuju...siswa akan meresa dipedulikan...dan dengan sendiri akan timbul rasa menghargai guru👍👍👍🙏
    Tanpa guru mengeluarkan energi besar misalnya power suara yg keras, apalagi menggunakan otot👎👎😃😃💪💪

    BalasHapus
  2. Ibu guru kenapa bagian akhir sudah ibu jari ke bawah tapi dilanjutkan lagi dengan kepalan tangan memberikan semangat??? Nanti power suara keras semakin semangat...😀😀

    BalasHapus
  3. Sepakat Frau Meyke, Kepedulian guru terhadap karakter siswa serta persoalan yg menyertainya mmg sangat dibutuhkan saat ini. Solusi bagi kenakalan remaja saat ini. Sangat menginspirasi. Superr👏👏

    BalasHapus
  4. Kesuksesan seorang guru bukan semata dilihat dari berapa jumlah kelulusan tiap tahun tapi lebih pada seberapa besar perubahan karakter dan budi pekerti siswa yg lebih baik lagi. Sangat setuju dengan metode ini. Dengan metodd ini guru telah membantu siswa selangkah menuju "surga"....💪💪💪

    BalasHapus