Ketika Pandemi Covid-19 membooming, maka dampak paling terasa adalah terpuruknya ekonomi kalangan masyarakat yang bekerja di sektor informal, seperti buruh kasar, karyawan swasta dan mereka yang bekerja di industri jasa dan perhotelan banyak yang terkena pemutusan hubungan kerja akibat ketidak mampuan pengusaha untuk membayar gaji karyawannya. Tak sedikit yang terlilit hutang dan bahkan harus menggadaikan barang berharga yang di punyai demi sekedar menyambung hidup sehari-hari. Dari hampir semua jenis pekerjaan informal yang paling mengenaskan adalah mereka yang berprofesi sebagai pemulung barang bekas berupa gelas air mineral, kardus bekas, botol, besi dan sejenisnya. Mereka semakin sulit memulung karena perlakuan pembatasan kegiatan kemasyrakatan, perkantoran dan sekolah yang bekerja dan belajar secara sif-sifan hingga peribadahan yang berlangsung secara daring dari rumah masing-masing, dan aktifitas perekonomian yang di atur waktu buka dan tutupnya, membuat persaingan untuk mendapatkan barang yang di pulung menjadi teranat sulit.
Dampak nyata terlihat saat
perkunjungan Anjasana Siswa/i SMAN 2 Kupang yang tergabung dalam kepengurusan
OSIS dan MPK periode 2021/2022 ke Kampung Pemulung yang berlokasi di Kelurahan
Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Madya Kupang, pada tanggal 23 Desember
2021. Terdata sebanyak 26 Kk sebagai penghuni kawasan pemulung ini, dengan
perincian: Jumlah Jiwa 130 orang, anak-anak sebanyak 50 orang dan Dewasa
sebanyak 80 orang. Keadaan rumah yang di huni amatlah memprihatinkan dimana rumah yang di huni tersebut di buat dengan
menggunakan bahan bangunan bekas, mulai dari atap hingga dinding rumah,
berlantai tanah pada umumnya, dan di setiap sudut halaman yang terlihat
hanyalah tumpukan barang bekas yang terkumpul untuk dipilah kemudian baru di
jual setelah mencapai jumlah dan berat tertentu. Menurut penuturan Ketua
Kelompok Kampung Pemulung, dulu dan saat ini amatlah berbeda, para pemulung
harus berangkat lebih pagi dan pulang menjelang sore demi segerobak barang
bekas yang di ambil di seputaran kelurahan Kelapa lima, dengan rerata jumlah
yang amay terbatas, sehingga tak bisa langsung di timbang tetapi harus di
tumpuk hingga seminggu baru di jual kepada pedagang pengumpul, hal ini amat
berbeda saat sebelum Pandemi Covid-19 melanda, dimana pada saat itu setiap
harinya bisa di timbang untuk pemenuhan kebutuhan setiap harinya.
Berdasarkan hasil survei lapangan maka oleh Pengurus Inti OSIS dan MPK di putuskan agar kegiatan Anjasana dalam rangka berbagi kasih bersama warga Kampung Pemulung dilakukan pada tempat ini. Dengan penuh semangat para siswa/i SMAN 2 Kupang mengumpulkan sembako berupa beras, minyak goreng, telur, mie rebus dan kebutuhan dasar lainnya berupa odol, sabun mandi, detergen dan sebagainya dan sumbangan dari beberapa orang bapak dan ibu guru dan dana BOS untuk anjangsana, maka terkumpul kurang lebih 40-an paket bantuan peduli sesama. Hal yang ingin di ajarkan kepada para siswa adalah semangat untuk membantu sesama dalam segala keterbatasan yang ada. Pada titik ini terlihat antusiasme yang ada, saling menopang untuk sesama.
Pada saat kegiatan ini berlangsung, setelah pemberian bantuan peduli kasih
kepada para warga penghuni Kampung pemulung, para siswa yang terlibat di
berikan ruang untuk bermain games yang mendidik bersama anak-anak Kampung
Pemulung, terlihat jelas keceriaan di wajah para anak-anak ini, sungguh
pengalaman yang yak bisa terbelikan oleh uang sekalipun. Jangan pernah
membiarkan keceriaan itu hilang walau sesulit apapun keadaan hidup ini, jangam
pernah menyerah walau hidup dalam keterbatasan ekonomi tapi tak satupun dari
anak-anak pemulung ini yang tidak bersekolah, bahkan ada yang telah mencapai
bangku perkuliahan dan telah bekerja. Satu lagi pembelajaran bagi siswa SMAN 2 Kupang. Jangan pernah menyiakan
kesempatan belajar yang ada karenanorang tuamu sangat mendukung dengan
fasilitas penuh, teruslah belajar guna menggapi cita dan harapan.
Bapak Frangky Amalo, S. Pd. selaku wakasek kesiswaan, menyampaikan
perasaan senangnya bisa mengikuti kegiatan kunjungan kasih yang dikemas dalam
bentuk kegiatan anjangsana. Beliau menambahkan, “Semoga kegiatan seperti ini
berkelanjutan dan harapannya dapat memupuk rasa persaudaraan, kasih kepada
sesama, dan toleransi kepada semua orang”, tutur Bapak Frangky.